Sonntag, 23. November 2008

Misa Kelas SENJA

Inilah misa kelas yang kami tunggu setelah 3 bulan. Misa yang pertama dan yang terakhir yang akan kami persiapkan. We all said, "this is the time!" Kita bikin sesuatu yang beda yang belum pernah ada selama kita misa di Santa Ursula. Misa yang notabene tersisipkan romance di dalamnya kini akan kita hapus. No romance! No comedy! Ini konsep awal kami. Kelas XII IPA 3 dan XII Bahasa. Yang bahkan ketika pertama kali dikumpulkan bersama oleh Pak Mardi, sudah mempunyai konsep yang kurang lebih sama, akan mengangkat tema yang tidak biasa : street life. Here we come! Our mass : SENJA (Senantiasa Berjuang) on Wednesday, November 19th 2008in the 2nd floor hall dipersembahkan oleh Rm. Noel. Misa bertema perjuangan yang penuh dengan perjuangan. Inilah hasil jerih payah kita. Ketua Umum: Quincy dan Puput. Visualisasi : mengangkat kehidupan seorang anak jalanan bernama Intan (Nonny) yang sangat berbakat melukis,bertemu dengan Adli (Sisca Cah) seorang wartawan harian Senja yang kemudian tertarik untuk menggali lebih dalam bagaimana kehidupan seorang Intan. Namun usahanya banyak mengalami hambatan karena Bang Boim (Puput) yang adalah ayah Intan adalah seorang yang sangar dan menjadikan Intan sebagai sumber uangnya dengan menyuruhnya mengamen. Suatu hari, Bang Boim marah pada Intan yang terlalu banyak menggambar, kemudian ia berencana menjualnya pada Lukas. Ternyata rencana ini didengar oleh tiga sahabat Intan : Icul (Lucia a.k.a Aliong), Kutil (Feli Bahasa), dan Yoyo (Ivana a.k.a Ijah). Dengan bantuan mereka bertiga, Adli teringat pada kata-kata Intan, "Kalo udah besar nanti, Intan ingin jadi pelukis terkenal, biar bisa kasih uang yang banyak buat ayah, jadi ayah ga perlu jadi orang yang nyeremin" kemudian mencegah Bang Boim untuk menjual Intan pada Lukas dan membawa Intan kabur. Namun di tengah perjalanan, Intan yang hendak kembali untuk mengambil buku gambarnya tewas tertabrak truk. Kisah Intan yang diangkat Adli melalui tulisannya dalam harian Senja ternyata mampu mengangkat rating perusahaan sehingga koran Senja tidak jadi pailit. Namun, Adli akhirnya memutuskan untuk resign dari perusahaan dan mengabdikan hidupnya untuk anak jalanan. Dekorasi : di bawah tangan Dhanika dan Evelyn yang menyulap aula menjadi jurang pemisah antara si kaya dan si miskin plus ide briliannya untuk memasang potongan2 kertas kecil di atas fan sedemikian rupa sehingga 'seharusnya' dapat menjadi akhir yang sempurna untuk misa kami.

Musik : mengundang artis-artis kondang ibu kota, mulai dari yang paling jadul namun paling abadi-Chrisye (Setia), Jikustik(Selamat Malam Dunia), special performance dari Nidji 2 lagu(Biarlah n Laskar Pelangi), Mocca (Hanya Satu), Monita Idol (Kekasih Sejati), dan ST12 (Puspa). diorganisir oleh Meirna dan Dita (plus Indira, Yodia, Fanka, Anas, Andin, Pingkan a.k.a Aping, Tessa bhs)

Buku misa dan tatib :
paling okeh dan belum pernah ada di misa sebelumnya. Buku misa paling simpel berbentuk dan berbahan persis seperti koran. Design khusus dari Marlyn a.k.a Nemo dan Raissa. Dan dibagikan ke kelas2 (plus menjemput kelas) dengan cara yang spektakuler seperti loper koran, namun dilakukan oleh pedagang asongan, orang buta, orang gila, tukang ojek, preman, ojek payung, anak SD,tukang parkir, sampai bencong taman lawang. Merekalah yang di bawah tangan Yovi dan Titi dapat menjadi kolaborasi yang indah membawakan tarian persembahan.

Sekali lagi kukatakan, seharusnya misa ini ditutup dengan indah jika tak ada 'peristiwa' itu. It was all end in tears. Tapi akhirnya kedua kelas mampu memaknai misa kelas ini dan misa yang belum selesai itu kita selesaikan dan tutup sendiri, dengan semua berbaring di bawah fan yang menjadi simbol perjuangan kita selama 3 bulan ini dan menikmati dijatuhi potongan2 kertas yang sudah kita siapkan. All tears changed into laugh. This is a happy ending mass.

Orang yang sangat berjasa di belakang panggung : Pak Mardi *yang sekarang menjadi inspirasi untuk kualifikasi calon suami ideal kami*, Pak Arif *yang ternyata sangat perhatian dan bijak*, Ma'am Yuli *yang suka voto2 n menunggu latian kami hingga akhir*, dan Bu Cicil. Terima Kasih. juga untuk kelas kita, IPA 3 dan Bahasa.

Banyak yang bisa dipetik, bukan hanya dari visualisasi misa, namun juga apa yang terjadi setelahnya, bahwa banyak orang di luar sana yang tidak menghargai arti kerja keras kita dan hanya melihat hasil akhirnya saja. Kita, tidak boleh menangisi mereka yang tidak menghargai kerja keras kita. Kita, harus membuat cerita kita sendiri menjadi sebuah akhir yang bahagia.

Keine Kommentare: